Jumat, 01 Juni 2012

BAHASA INDONESIA

Rangkuman Bahasa Indonesia


Rangkuman Bahasa Indonesia
BERCAKAP-CAKAP SECARA SOPAN DENGAN MITRA BICARA DALAM KONTEKS BEKERJA
Bercakap-cakap adalah bentuk komunikasi dua arah antara pembicara dan mitra bicara cara bergilir.
Pecakapan ada dua macam, yaitu: percakapan formal dan informal. Percakapan formal di lakukan oleh para pejabat pemerintah dalam suasana formal.
Percakapan informal sering di lakukan dalam percakapan keluarga atau lingkungan masyarakat, unsure silaturahmi sangat menonjol dalam percakapan informal.
Percakapan formal tau informal tidak boleh meninggalkan norma ataupun etika pergaulan.misal saat bercakap-cakap,tidak di perkenalkan menyela orang lain tanpa ijin,bersikap taacuh terhadap lawan bicara maupun tindakan yang lain. Suasana percakapan formal lebih baku dan menggunakan bahasa formal.

BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA
Diskusi adalah suatu metode untuk memecahkan masalah dengan proses berfikir kelompok. Diskusi berarti melakukan kegiatan berbicara aktif secara terkoordinasi dengan aturan-aturan yang di patuhi oleh anggota kelompok. Setiap anggota mempunyai hak yang sama untuk mengelurkan pendapat baik mendukung pendapat orang lain maupun mnolak pendapat tersebut.
Diskusi dapat berlangsung dengan baik apabila kelompok anggota memiliki kepentingan yang sama untuk suatu penyelesaian atau penjelasan. Agar diskusi bias berjalan dengan baik maka di perlukan seseorang yang dapat di tunjuk sebagai ketua.

BERNEGOSIASI YANG MENGHASILKAN DALAM KONTEKS BEKERJA
Negosiasi adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok,organisasi,individu) dengan pihak lain (kelompok,organisasi,individu). Negosiasi di artika juga pendekatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.
Ada dua model negosiasi untuk menyelesaikan sengketa perusahaan, yaitu Win-win.
Negosiasi dengan model win-loose memiliki ciri-ciri salah satu pihak atau orang harus bersedia menerima pendapat pihak atau orang lain jika pihak atau orang lain tersebut memiliki kekuasaan atas diri pihak /orang lain tidak ada bersedia menerima pendapat .                                                                       Negosiasi model ini memandang negosiasi sebagai proses pertikaian . Cara yang di gunakan adalah taktik  manipulatif, argument yang memaksakan,konsesi terbatas  dan tawar menawar yang a lot.
Berbeda dengan negosiasi yang memilih pendekatan win-win. Cara yang di gunakan adalah dengan mengembangkan hubungan yang kolaboratif, mengutamakan penyesuaiaan kepentingan ke dua pihak, bersikan ramah dan kooperatif.

MENYAMPAIKAN LAPORAN ATAU LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA
Melaporkan fakta, anda tidak boleh memonipulasi data,bukti,contoh yang terdapat dalam keadaan atau peristiwa yang haris di sampaikan secara jujur. Oleh karena itu, Anda harus melaporkan  apa (what) yang terjadi , siapa (who) yang berperan serta, kapan (when) peristiwa terjadi, dimana
(where)
peristiwa  itu terjadi , mengapa (why) hal tersebut terjadi, dan bagaimana (how) keaadaan tersebut saat ini.
Pelapor harus memiliki sikap jujur, teliti dan mampu mengungkapkan gagasan dengan baik.  Laporan adalah suatu cara berkomunikasi yang di lakukan oleh pelapor untuk menyampaikan informasi kepada seseorang atau lembaga karna tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
Bahasa yang di pakai yang di pakai dalam laporan harus baik dan jelas. Bahan yang di sajikan pelapor harus dapat menimbulkan kepercayaan.  Laporan yang baik tidak boleh memasukan hal-hal yang menyimpan, yang mengundang prasangka .
Laporan lisan tentang sebuah keadaan atau peristiwa bias di lakukan dengan beberapa cara penuturan. Penuturan secara deskriptif di lakukan dengan mengungkapkan secara objektif segala hal yang terjadi sehingga pendengar ikut merasakan peristiwa atau keadaan yang ada. Penuturan naratif dilakukan dengan menyampaikan secara berurutan peristiwa yang terjadi. Penuturan secara ekspositoris dilakukan dengan mengungkapkan secara teliti proses yang terjadi.

SOAL  TENTANG PERCAKAPAN
1.Percakapan ada dua macam sebutkan.
-percakapan formal dan informal
2.Materi apa yang di gunakan dalam percakapan formal?
-mater I yang menangkut kebijakan-kebijakan pemerintah
3.Percakapan di gunakan oleh?
-pejabat  pemerintah
4.percakapan formal sering di gunakan dalam percakapan?
-Dalam percakapan keluarga atau lingkungan masyarakat
5.Contoh kalimat untuk mengakhiri suatu percakapan adalah?
-tak terasa sudah dua jam kita berbicara….
6.sebutkan salah satu contoh peristiwa bertelepon!
-penelepon:hallo  bewok  ada?
Penerima:hallo dari mana ini?
Penelepon:dari temanya..!
Penerima:kalau saya boleh tahu,dari siapa?
Penelepon:ya,bilang saja dari temanya.dia sudah tahu.”
7.Sebutkan kalimat untuk membuka suatu percakapan dapat dilakukan dgn mengajukan suatu pernyataan!
-bagai mana kabar ibu,bapak dan adik-adik?
8.bagai mana suasana percakapan formal?
-suasana percakapan formal itu labih baku dan menggunakan bahasa formal.
9.salah satu ciri pembuka perakapan adalah?
-bahasanya baku dan bersifat kata Tanya.
10.sebutkan salah satu contoh mengakhiri percakapan!
-kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang di berikan.

BERDISKUSI
1.Metode u ntuk memecahkan masalah secara kelompok di sebut?
-Diskusi
2.Sebutkan bagian dari kelompok resmi!
-kelompok studi
Kelompok pembentuk kebijaksanaan
Komite
3.sebutkan pengertian diskusi!
-Diskusi adalah suatu metode untuk memecahkan masalah dgn proses berfikir dgn proses berfikir kelompok
4.Diskusi tidak sama dgn?
-Debat(dabating)
5.Pelaksanaan  berdebat pembicaraan terbagi menjadi dua kelompok yaitu/
-Kelompok setuju dan tidak setuju
6.Diskusi terbagi mjd?
-2(dua)
7.sebutkan dari kelmpok resmi!
-konferensi
Diskusi panel
Symposium
8.ada berapa tugas sebagai ketua diskusi ?
-ada 8
9.salah satu contoh tugas partisipan?
-mendengarkan dengan penuh perhatian
10.sebutkan salah satu tugas ketua dalam berdiskusi!
-menginformasikan topic dan tujuan diskusi.

BERNEGOSIASI
1.apa yang di  maksud dgn negosiasi?
-proses tawar menawar dgn jelas
2.ada berapa kemampuan oleh penegosiator?
-3(tiga)
3.Sebutkan salah satu contoh  kemampuan yang di miliki penegosiator..!
-setiap kalimat yang di ucapkan memiliki daya persuasi,dengan kata-kata santun
4. Sebutkan salah satu contoh ciri-ciri win-loose !
-orang yang harus bersedia menerima pendapat pihak
5. Lima pertanyaan untuk bernegosiasi, sebutkan !
-siapa,apa,dengan apa,bagaimana,kapan
6. apa pengertian siapa ?
-siapa: siapa yang akan di hadapi dalam bernegosiasi
7. Negosiasi model ini memandang negosiasi sebagai proses ?
-proses pertikaian
8. ada berapa kemampuan-kemampuan yang harus di miliki oleh negosiator ?
- Ada tiga
9. Negosiator mengutamakan proses yang akan menguntungkan berapa pihak ?
- menguntungkan duabelah pihak
10. Negosiasi di artikan juga ?
- Pendekatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai melaluli perundingan.

MENYAMPAIKAN LAPORAN
1.Pelapor harus memiliki sikap ?
- Jujur teliti,dan mampu mengungkap gagasan dengan baik.
2. syarat untuk menyampaikan laporan harus ?
- baik dan jelas
3. penuturan deskriptif di lakukan dengan ?
- mengungkap secara objektif
4. Sebutkan beberapa cara penuturan keadaan atau peristiwa !
- penuturan deskriptif,naratif,exspositoris

5. Melaporkan peristiwa meliputi ?
-a pa,siapa,kapan,dimana,mengapa,bagaimana
6. Bahas yang di sajikan pelopor dapat menimbulkan ?
- menimbulkan kepercayaan
7. Bagaimana laporan yang baik itu ?
- tidak boleh memasukan hal yang menyimpang dan mengandung prasangka
8. Apa yang di maksud dengan fakta ?
- fakta adalah sesuatu yang nyata
9. Apa yang di maksud dengan laporan lisan ?
- laporan yang bersifat langsung antara perorangan
10. Apa yang di maksud dengan fiksi ?
- fiksi adalah sesuatu yang tidak nyata dan tidak bisa di buktikan
 

  LAPORAN

Laporan adalah karangan yang berisikan paparan peristiwa/kegiatan yang telah dilakukan.
Laporan dapat berupa laporan perjalanan, laporan kegiatan atau laporan pengamatan.
Topik laporan adalah pokok yang dibicarakan atau dibahas dalam laporan

Selengkapnya download disini: http://www.ziddu.com/download/3581350/LAPORAN.doc.html




Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi sosiologi, wacana menunjuk pada hubungan konteks sosial dalam pemakaian bahasa, sedangkan dari segi linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Di samping itu, Hawthorn (1992) juga mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.

Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.

Wacana menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993: 231) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb). Kridalaksanan membagi wacana menjadi empat yaitu:

(1) Wacana langsung (direct speech, direct discourse)
Wacana langsung adalah wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.
Contoh: Salim berkata, “Saya akan datang.”

(2) Wacana pembeberan (expository discourse)
Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

(3) Wacana penuturan (narrative discourse)
Wacana penuturan adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi.

(4) Wacana tidak langsung (indirect discourse)
Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya.
Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.

Arifin dkk. (2008: 103-104) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana yang utuh mempunyai kesinambungan informasi di antara kalimat-kalimat di dalamnya sehingga membentuk informasi yang utuh.

Contoh :

(1) “Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.

(2) “Perubahan orientasi dari budaya lisan ke budaya tulis hampir tidak terelakkan lagi pada masa sekarang ini. Bahasa Indonesia haruslah tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai bahasa bangsa. Orientasi itu dapat menimbulkan kontak dalam bahasa tulis. Jadi, ciri-ciri khas bahasa Indonesia tetap harus dipertahankan. Akibatnya, ragam bahasa tulis akan banyak diwarnai oleh konta dalam ragam itu.”

Contoh paragraf (1) di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.

Contoh (2) bukan sebuah wacana karena kalimat-kalimat di dalamnya tidak menunjukkan adanya keterpautan bahasa ataupun kesinambungan informasi. Setiap kalimat pembentuknya berdiri sendiri, tidak memiliki hubungan semantis di antara proposisi yang terdapat pada kalimat lainnya. Dengan demikian contoh (2) lebih tepat jika dinamakan kumpulan kalimat (bukan sebuah wacana).

Sedangkan, menurut J.S. Badudu (2000) wacana yaitu rentetan kalimat yang ‘berkaitan dengan’, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, serta dapat disampaikan secara lisan dan tertulis.

Mills (1994) mengemukakan pengertian wacana berdasarkan pendapat Foucault bahwa wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.

(1) Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.
(2) Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.
(3) Sedangkan menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.

Di samping beberapa pendapat di atas, Leech juga mengemukakan pendapatnya mengenai wacana. Menurut Leech, wacana dapat dibedakan berdasarkan fungsi bahasa, saluran komunikasinya, dan cara pemaparannya.
(1) Berdasarkan fungsi bahasa

a. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;

b. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta;

c. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa;

d. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu;

e. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.


(2) Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan.

(3) Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan wacana prosedural.


Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap yang mempunyai kohesi dan koherensi dan berkaitan dengan konteks tertentu, yang dapat disampaikan secara lisan (wacana lisan) dan tertulis (wacana tulis).
 

MERINGKAS DAN MENYIMPULKAN TEKS TERTULIS DALAM KONTEKS BEKERJA


Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan yang panjang  dalam sajian yang singkat. ”Precis” berarti ”memotong” atau ”memangkas”.
Sebuah ringkasan bermula dari karangan sumber yang panjang, yang kemudian dipangkas dengan mengambil hal-hal atau bagian yang pokok dengan membuang perincian serta ilustrasi. Meskipun begitu, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pikiran pengarang serta pendekatannya yang asli. Jadi, ringkasan merupakan keterampilan mereproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang singkat.
Ringkasan berbeda dengan ikhtisar. Ringkasan = penyajian singkat dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Ikhtisar sebaliknya, tidak perlu mempertahankan sistematika penulisan sesuai dengan aslinya dan tidak perlu menyajikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional. Dalam ikhtisar, penulis dapat langsung mengemukakan pokok uraian, sementara bagian yang dianggap kurang penting dapat dibuang.

Cara membuat ringkasan

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pegangan dalam membuat ringkasan yang baik dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1. Membaca Naskah Asli
Penulis ringkasan harus membaca naskah asli secara keseluruhan beberapa kali untuk mengetahui kesan umum, maksud pengarang, serta sudut pandangnya.
2. Mencatat Gagasan Utama
Semua hal yang menjadi gagasan utama atau gagasan penting digarisbawahi atau dicatat.
3. Membuat Reproduksi
Menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasan-gagasan penting yang dicatat tadi.
4.Ketentuan Tambahan
Ada ketentuan tambahan selain ketiga cara di atas, yaitu sebagai berikut.
  • Lebih baik menggunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
  • Ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata, gagasan panjang menjadi gagasan sentral saja. Bahkan, jika tidak diperlukan sebuah paragraf dapat dipangkas atau dibuang.
  • Semua paragraf  ilustrasi  yang  dianggap penting  harus dipersingkat atau digeneralisasi.
  • Bila mungkin, semua keterangan atau kata sifat dibuang.
  • Dalam ringkasan, tidak ada pemikiran atau interpretasi baru dari penulis ringkasan.
  • Ringkasan dari sumber asli yang berupa naskah pidato atau pidato langsung, penggunaan kata ganti orang pertama tunggal atau jamak harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.
  • Sebuah ringkasan umumnya ditentukan dari panjang ringkasan finalnya, misalnya 150 atau 200 kata bergantung pada permintaannya

Bentuk-Bentuk Ringkasan

1. Sinopsis. Sinopsis adalah bentuk ringkasan mengenai suatu tulisan yang panjang berbentuk buku. Penulis sinopsis mengatakan kembali isi pikiran penulis dalam bentuk singkat dengan membuang hal-hal yang tidak penting menurutnya.
2. Rangkuman. Rangkuman merupakan bentuk karangan yang disusun dengan cara mengikhtisarkan/meringkas karya tulis orang lain menggunakan kata-kata atau bahasa si perangkum.
3. Intisari/Abstrak. Ialah ringkasan yang sangat padat mengenai isi buku yang berisi ilmu pengetahuan atau industri. Intisari/abstrak lebih banyak digunakan oleh kalangan cendekiawan sebagai pandauan untuk mengetahui informasi terbaru dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.
4. Singkatan (precis). Singkatan adalah bentuk ringkasan dengan kata-kata si penyingkat sendiri akan tetapi taat kepada naskah asli dalam hal gagasan.
5. Cernaan (digest). Cernaan merupakan bentuk ringkasan yang tidak menggunakan kata-kata atau kalimat si peringkas. Dalam cernaan si peringkas tetap mempertahankan keseluruhan jalan cerita, bahasa, paragraf yang ada dalam karangan asli. Ia hanya membuang bagian-bagian yang kiranya dapat dibuang.

 SIMPULAN

Menurut KBBI, simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan; hasil menyimpulkan; kesimpulan. Simpulan juga berarti kesudahan pendapat (pendapat terakhir yang berdasarkan uraian sebelumnya) atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif dan deduktif. Simpulan berbeda dengan ringkasan. Jika pada ringkasan penulis tetap mempertahankan isi, sudut pandang, serta sistematika karya aslinya, sedangkan dalam simpulan terdapat penilaian atau pendapat pembuat simpulan. Oleh sebab itu, simpulan dapat dinyatakan benar, kurang benar, atau salah. Untuk dapat menarik simpulan yang benar, kita harus menggunakan data, fakta, atau asumsi yang benar. Jika data, fakta, atau asumsinya tidak akurat, hasil simpulannya juga tidak akan akurat.

 Pola Penalaran dalam Mengambil Simpulan

1. Penalaran Induktif
Pola penalaran ini bermula dari pengungkapan hal-hal yang khusus, kemudian ditarik suatu simpulan yang bersifat umum. Berikut adalah pola-pola penalaran induktif:
a. Generalisasi
Generalisasi ialah paragraf yang bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Contoh: Besi jika dipanaskan akan memuai. Tembaga jika dipanaskan akan memuai. Alumunium jika dipanaskan akan memuai. Kesimpulannya, semua jenis logam jika dipanaskan akan memuai.
b. Sebab-Sebab-Akibat
Paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi akibatnya. Contoh: Mandra anak yang malas. Tiap hari di kelas kerjanya hanya ramai dan mengganggu temannya. Ia suka bolos, padahal gurunya sudah menasihatinya. Peringatan dari gurunya selalu diabaikan. Di rumah pun ia tidak pernah belajar. Kesukaannya hanya bermain saja. Akibatnya, pada saat kenaikan kelas, Mandra satu-satunya anak yang tinggal kelas.
c. Akibat-Akibat-Sebab
Paragraf yang di awali peristiwa-peristiwa yang menjadi akibat, selanjutnya diutarakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contoh: Ketika hujan, banjir melanda di mana-mana. Para penduduk mengungsi di tempat yang tinggi. Mereka harus menunggu air surut kembali. Ini disebabkan saluran air tersumbat oleh sampah yang dibuang warga sembarangan.
d. Analogi
Paragraf ini dimulai dengan membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan. Karena dalam banyak segi terdapat persamaan akhirnya kita menarik kesimpulan bahwa pada segi-segi yang lain pun tentu akan terdapat persamaan juga. Contoh:Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
2. Penalaran Deduktif
Pola ini diawali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu diikuti dengan pernyataan-pernyataan khusus. Penalaran deduktif terdiri atas, tiga bentuk berikut:
a.Sebab-Akibat-Akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab, lalu disusul dengan simpulan yang berupa akibat. Contoh: Masyarakat kita masih rendah tingkat kedisiplinannya. Dapat dilihat dari kurang sadarnya menjaga kebersihan lingkungan. Masih banyak penduduk yang membuang sampah di selokan dan di kali. Saat datang musim hujan, aliran air di selokan dan kali tersumbat, tidak lancar. Akhirnya, banjir melanda di mana-mana.
b. Akibat-Sebab-Sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian ditelusuri penyebabnya. Contoh: Dua dari tiga remaja di kota-kota besar di Indonesia menurut penelitian, pernah berpacaran. Separuh di antaranya telah terlibat pergaulan bebas. Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh budaya barat yang bebas. Mereka dengan serta-merta mengadopsinya dari tayangan-tayangan film di media elektronik. Ditambah lagi, pembinaan agama di rumah maupun di sekolah sangat kurang.
c.Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan terlebih dahulu pernyataan yang bersifat umum (premis umum) disusul dengan pernyataan khusus (premis khusus). Rumusnya:
Premis Umum (PU)  : A=B
Premis Khusus (PK)  : C=A
Maka, Kesimpulan (K)  : C=B
 

1 komentar:

  1. makasi buat soal dan jawabannya.soalnya persis kyk yang ada di lks saya

    BalasHapus