Rangkuman Bahasa Indonesia
Rangkuman Bahasa
Indonesia
BERCAKAP-CAKAP
SECARA SOPAN DENGAN MITRA BICARA DALAM KONTEKS BEKERJA
Bercakap-cakap adalah
bentuk komunikasi dua arah antara pembicara dan mitra bicara cara
bergilir.
Pecakapan
ada dua macam, yaitu: percakapan formal dan informal. Percakapan formal
di lakukan oleh para pejabat pemerintah dalam suasana formal.
Percakapan informal
sering di lakukan dalam percakapan keluarga atau lingkungan masyarakat,
unsure silaturahmi sangat menonjol dalam percakapan informal.
Percakapan formal tau
informal tidak boleh meninggalkan norma ataupun etika pergaulan.misal
saat bercakap-cakap,tidak di perkenalkan menyela orang lain tanpa
ijin,bersikap taacuh terhadap lawan bicara maupun tindakan yang lain.
Suasana percakapan formal lebih baku dan menggunakan bahasa formal.
BERDISKUSI
YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA
Diskusi adalah suatu metode untuk
memecahkan masalah dengan proses berfikir kelompok. Diskusi berarti
melakukan kegiatan berbicara aktif secara terkoordinasi dengan
aturan-aturan yang di patuhi oleh anggota kelompok. Setiap anggota
mempunyai hak yang sama untuk mengelurkan pendapat baik mendukung
pendapat orang lain maupun mnolak pendapat tersebut.
Diskusi dapat berlangsung
dengan baik apabila kelompok anggota memiliki kepentingan yang sama
untuk suatu penyelesaian atau penjelasan. Agar diskusi bias berjalan
dengan baik maka di perlukan seseorang yang dapat di tunjuk sebagai
ketua.
BERNEGOSIASI
YANG MENGHASILKAN DALAM KONTEKS BEKERJA
Negosiasi adalah proses tawar menawar
dengan jalan berunding mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak
(kelompok,organisasi,individu) dengan pihak lain
(kelompok,organisasi,individu). Negosiasi di artika juga pendekatan
untuk menyelesaikan sengketa secara damai melalui perundingan antara
pihak yang bersengketa.
Ada dua model negosiasi untuk menyelesaikan sengketa
perusahaan, yaitu Win-win.
Negosiasi dengan model win-loose
memiliki ciri-ciri salah satu pihak atau orang harus bersedia menerima
pendapat pihak atau orang lain jika pihak atau orang lain tersebut
memiliki kekuasaan atas diri pihak /orang lain tidak ada bersedia
menerima pendapat .
Negosiasi model ini memandang negosiasi sebagai proses
pertikaian . Cara yang di gunakan adalah taktik manipulatif,
argument yang memaksakan,konsesi terbatas dan tawar
menawar yang a lot.
Berbeda dengan negosiasi yang memilih pendekatan win-win. Cara
yang di gunakan adalah dengan mengembangkan hubungan yang kolaboratif,
mengutamakan penyesuaiaan kepentingan ke dua pihak, bersikan ramah dan
kooperatif.
MENYAMPAIKAN
LAPORAN ATAU LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA
Melaporkan fakta, anda
tidak boleh memonipulasi data,bukti,contoh yang terdapat dalam keadaan
atau peristiwa yang haris di sampaikan secara jujur. Oleh karena itu,
Anda harus melaporkan apa (what) yang terjadi , siapa
(who) yang berperan serta, kapan (when) peristiwa terjadi, dimana
(where) peristiwa itu terjadi , mengapa (why) hal tersebut terjadi, dan bagaimana (how) keaadaan tersebut saat ini.
(where) peristiwa itu terjadi , mengapa (why) hal tersebut terjadi, dan bagaimana (how) keaadaan tersebut saat ini.
Pelapor
harus memiliki sikap jujur, teliti dan mampu mengungkapkan gagasan
dengan baik. Laporan adalah suatu cara berkomunikasi yang
di lakukan oleh pelapor untuk menyampaikan informasi kepada seseorang
atau lembaga karna tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
Bahasa yang di pakai
yang di pakai dalam laporan harus baik dan jelas. Bahan yang di sajikan
pelapor harus dapat menimbulkan kepercayaan. Laporan yang
baik tidak boleh memasukan hal-hal yang menyimpan, yang mengundang
prasangka .
Laporan
lisan tentang sebuah keadaan atau peristiwa bias di lakukan dengan
beberapa cara penuturan. Penuturan secara deskriptif di lakukan
dengan mengungkapkan secara objektif segala hal yang terjadi sehingga
pendengar ikut merasakan peristiwa atau keadaan yang ada. Penuturan naratif
dilakukan dengan menyampaikan secara berurutan peristiwa yang terjadi.
Penuturan secara ekspositoris dilakukan dengan mengungkapkan
secara teliti proses yang terjadi.
SOAL
TENTANG PERCAKAPAN
1.Percakapan ada dua macam sebutkan.
-percakapan formal dan
informal
2.Materi
apa yang di gunakan dalam percakapan formal?
-mater I yang menangkut
kebijakan-kebijakan pemerintah
3.Percakapan di gunakan oleh?
-pejabat pemerintah
4.percakapan formal
sering di gunakan dalam percakapan?
-Dalam percakapan keluarga atau lingkungan
masyarakat
5.Contoh
kalimat untuk mengakhiri suatu percakapan adalah?
-tak terasa sudah dua jam
kita berbicara….
6.sebutkan salah satu contoh peristiwa bertelepon!
-penelepon:hallo bewok
ada?
Penerima:hallo
dari mana ini?
Penelepon:dari
temanya..!
Penerima:kalau
saya boleh tahu,dari siapa?
Penelepon:ya,bilang saja dari temanya.dia
sudah tahu.”
7.Sebutkan
kalimat untuk membuka suatu percakapan dapat dilakukan dgn mengajukan
suatu pernyataan!
-bagai mana kabar ibu,bapak dan adik-adik?
8.bagai mana suasana
percakapan formal?
-suasana percakapan formal itu labih baku dan menggunakan
bahasa formal.
9.salah
satu ciri pembuka perakapan adalah?
-bahasanya baku dan bersifat kata Tanya.
10.sebutkan salah satu
contoh mengakhiri percakapan!
-kami ucapkan terima kasih atas kesempatan
yang di berikan.
BERDISKUSI
1.Metode u ntuk
memecahkan masalah secara kelompok di sebut?
-Diskusi
2.Sebutkan bagian dari kelompok resmi!
-kelompok studi
Kelompok pembentuk
kebijaksanaan
Komite
3.sebutkan pengertian
diskusi!
-Diskusi
adalah suatu metode untuk memecahkan masalah dgn proses berfikir dgn
proses berfikir kelompok
4.Diskusi tidak sama dgn?
-Debat(dabating)
5.Pelaksanaan berdebat
pembicaraan terbagi menjadi dua kelompok yaitu/
-Kelompok setuju dan
tidak setuju
6.Diskusi
terbagi mjd?
-2(dua)
7.sebutkan dari kelmpok
resmi!
-konferensi
Diskusi panel
Symposium
8.ada berapa tugas
sebagai ketua diskusi ?
-ada 8
9.salah satu contoh tugas partisipan?
-mendengarkan dengan
penuh perhatian
10.sebutkan
salah satu tugas ketua dalam berdiskusi!
-menginformasikan topic dan tujuan diskusi.
BERNEGOSIASI
1.apa yang di maksud dgn negosiasi?
-proses tawar menawar dgn
jelas
2.ada
berapa kemampuan oleh penegosiator?
-3(tiga)
3.Sebutkan salah satu contoh kemampuan
yang di miliki penegosiator..!
-setiap kalimat yang di ucapkan memiliki
daya persuasi,dengan kata-kata santun
4.
Sebutkan salah satu contoh ciri-ciri win-loose !
-orang
yang harus bersedia menerima pendapat pihak
5. Lima
pertanyaan untuk bernegosiasi, sebutkan !
-siapa,apa,dengan
apa,bagaimana,kapan
6. apa pengertian siapa ?
-siapa:
siapa yang akan di hadapi dalam bernegosiasi
7.
Negosiasi model ini memandang negosiasi sebagai proses ?
-proses
pertikaian
8. ada berapa kemampuan-kemampuan yang harus
di miliki oleh negosiator ?
- Ada tiga
9.
Negosiator mengutamakan proses yang akan menguntungkan berapa pihak ?
-
menguntungkan duabelah pihak
10. Negosiasi di artikan
juga ?
- Pendekatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai
melaluli perundingan.
MENYAMPAIKAN LAPORAN
1.Pelapor harus memiliki
sikap ?
- Jujur teliti,dan mampu mengungkap gagasan dengan baik.
2.
syarat untuk menyampaikan laporan harus ?
- baik
dan jelas
3. penuturan deskriptif di lakukan dengan ?
-
mengungkap secara objektif
4. Sebutkan beberapa cara
penuturan keadaan atau peristiwa !
- penuturan
deskriptif,naratif,exspositoris
5. Melaporkan peristiwa meliputi ?
-a
pa,siapa,kapan,dimana,mengapa,bagaimana
6. Bahas
yang di sajikan pelopor dapat menimbulkan ?
-
menimbulkan kepercayaan
7. Bagaimana laporan yang
baik itu ?
- tidak boleh memasukan hal yang menyimpang
dan mengandung prasangka
8. Apa yang di maksud
dengan fakta ?
- fakta adalah sesuatu yang nyata
9. Apa
yang di maksud dengan laporan lisan ?
- laporan yang bersifat
langsung antara perorangan
10. Apa yang di maksud
dengan fiksi ?
- fiksi adalah sesuatu yang tidak nyata dan
tidak bisa di buktikan
LAPORAN
Laporan dapat berupa laporan perjalanan, laporan kegiatan atau laporan pengamatan.
Topik laporan adalah pokok yang dibicarakan atau dibahas dalam laporan
Selengkapnya download disini: http://www.ziddu.com/download/3581350/LAPORAN.doc.html
Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi sosiologi, wacana menunjuk pada hubungan konteks sosial dalam pemakaian bahasa, sedangkan dari segi linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Di samping itu, Hawthorn (1992) juga mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.
Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.
Wacana menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993: 231) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb). Kridalaksanan membagi wacana menjadi empat yaitu:
(1) Wacana langsung (direct speech, direct discourse)
Wacana langsung adalah wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.
Contoh: Salim berkata, “Saya akan datang.”
(2) Wacana pembeberan (expository discourse)
Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.
(3) Wacana penuturan (narrative discourse)
Wacana penuturan adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi.
(4) Wacana tidak langsung (indirect discourse)
Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya.
Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.
Arifin dkk. (2008: 103-104) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana yang utuh mempunyai kesinambungan informasi di antara kalimat-kalimat di dalamnya sehingga membentuk informasi yang utuh.
Contoh :
(1) “Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.
(2) “Perubahan orientasi dari budaya lisan ke budaya tulis hampir tidak terelakkan lagi pada masa sekarang ini. Bahasa Indonesia haruslah tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai bahasa bangsa. Orientasi itu dapat menimbulkan kontak dalam bahasa tulis. Jadi, ciri-ciri khas bahasa Indonesia tetap harus dipertahankan. Akibatnya, ragam bahasa tulis akan banyak diwarnai oleh konta dalam ragam itu.”
Contoh paragraf (1) di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.
Contoh (2) bukan sebuah wacana karena kalimat-kalimat di dalamnya tidak menunjukkan adanya keterpautan bahasa ataupun kesinambungan informasi. Setiap kalimat pembentuknya berdiri sendiri, tidak memiliki hubungan semantis di antara proposisi yang terdapat pada kalimat lainnya. Dengan demikian contoh (2) lebih tepat jika dinamakan kumpulan kalimat (bukan sebuah wacana).
Sedangkan, menurut J.S. Badudu (2000) wacana yaitu rentetan kalimat yang ‘berkaitan dengan’, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, serta dapat disampaikan secara lisan dan tertulis.
Mills (1994) mengemukakan pengertian wacana berdasarkan pendapat Foucault bahwa wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.
(1) Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.
(2) Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.
(3) Sedangkan menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.
Di samping beberapa pendapat di atas, Leech juga mengemukakan pendapatnya mengenai wacana. Menurut Leech, wacana dapat dibedakan berdasarkan fungsi bahasa, saluran komunikasinya, dan cara pemaparannya.
(1) Berdasarkan fungsi bahasa
a. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
b. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta;
c. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa;
d. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu;
e. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
(2) Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan.
(3) Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan wacana prosedural.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap yang mempunyai kohesi dan koherensi dan berkaitan dengan konteks tertentu, yang dapat disampaikan secara lisan (wacana lisan) dan tertulis (wacana tulis).
MERINGKAS DAN MENYIMPULKAN TEKS TERTULIS DALAM KONTEKS BEKERJA
Sebuah ringkasan bermula dari karangan sumber yang panjang, yang kemudian dipangkas dengan mengambil hal-hal atau bagian yang pokok dengan membuang perincian serta ilustrasi. Meskipun begitu, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pikiran pengarang serta pendekatannya yang asli. Jadi, ringkasan merupakan keterampilan mereproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang singkat.
Ringkasan berbeda dengan ikhtisar. Ringkasan = penyajian singkat dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Ikhtisar sebaliknya, tidak perlu mempertahankan sistematika penulisan sesuai dengan aslinya dan tidak perlu menyajikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional. Dalam ikhtisar, penulis dapat langsung mengemukakan pokok uraian, sementara bagian yang dianggap kurang penting dapat dibuang.
Cara membuat ringkasan
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pegangan dalam membuat ringkasan yang baik dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1. Membaca Naskah Asli
Penulis ringkasan harus membaca naskah asli secara keseluruhan
beberapa kali untuk mengetahui kesan umum, maksud pengarang, serta sudut
pandangnya.
2. Mencatat Gagasan Utama
Semua hal yang menjadi gagasan utama atau gagasan penting
digarisbawahi atau dicatat.
3. Membuat Reproduksi
Menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasan-gagasan
penting yang dicatat tadi.
4.Ketentuan Tambahan
Ada ketentuan tambahan selain ketiga cara di atas, yaitu sebagai
berikut.- Lebih baik menggunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
- Ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata, gagasan panjang menjadi gagasan sentral saja. Bahkan, jika tidak diperlukan sebuah paragraf dapat dipangkas atau dibuang.
- Semua paragraf ilustrasi yang dianggap penting harus dipersingkat atau digeneralisasi.
-
Bila mungkin, semua keterangan atau kata sifat dibuang.
-
Dalam ringkasan, tidak ada pemikiran atau interpretasi baru dari penulis ringkasan.
-
Ringkasan dari sumber asli yang berupa naskah pidato atau pidato langsung, penggunaan kata ganti orang pertama tunggal atau jamak harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.
-
Sebuah ringkasan umumnya ditentukan dari panjang ringkasan finalnya, misalnya 150 atau 200 kata bergantung pada permintaannya
Bentuk-Bentuk Ringkasan
1. Sinopsis. Sinopsis adalah bentuk ringkasan mengenai suatu tulisan yang panjang berbentuk buku. Penulis sinopsis mengatakan kembali isi pikiran penulis dalam bentuk singkat dengan membuang hal-hal yang tidak penting menurutnya.2. Rangkuman. Rangkuman merupakan bentuk karangan yang disusun dengan cara mengikhtisarkan/meringkas karya tulis orang lain menggunakan kata-kata atau bahasa si perangkum.
3. Intisari/Abstrak. Ialah ringkasan yang sangat
padat mengenai isi buku yang berisi ilmu pengetahuan atau industri.
Intisari/abstrak lebih banyak digunakan oleh kalangan cendekiawan
sebagai pandauan untuk mengetahui informasi terbaru dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu.
4. Singkatan (precis). Singkatan adalah bentuk
ringkasan dengan kata-kata si penyingkat sendiri akan tetapi taat kepada
naskah asli dalam hal gagasan.5. Cernaan (digest). Cernaan merupakan bentuk ringkasan yang tidak menggunakan kata-kata atau kalimat si peringkas. Dalam cernaan si peringkas tetap mempertahankan keseluruhan jalan cerita, bahasa, paragraf yang ada dalam karangan asli. Ia hanya membuang bagian-bagian yang kiranya dapat dibuang.
SIMPULAN
Menurut KBBI, simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan; hasil menyimpulkan; kesimpulan. Simpulan juga berarti kesudahan pendapat (pendapat terakhir yang berdasarkan uraian sebelumnya) atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif dan deduktif. Simpulan berbeda dengan ringkasan. Jika pada ringkasan penulis tetap mempertahankan isi, sudut pandang, serta sistematika karya aslinya, sedangkan dalam simpulan terdapat penilaian atau pendapat pembuat simpulan. Oleh sebab itu, simpulan dapat dinyatakan benar, kurang benar, atau salah. Untuk dapat menarik simpulan yang benar, kita harus menggunakan data, fakta, atau asumsi yang benar. Jika data, fakta, atau asumsinya tidak akurat, hasil simpulannya juga tidak akan akurat.Pola Penalaran dalam Mengambil Simpulan
1. Penalaran InduktifPola penalaran ini bermula dari pengungkapan hal-hal yang khusus, kemudian ditarik suatu simpulan yang bersifat umum. Berikut adalah pola-pola penalaran induktif:
a. Generalisasi
Generalisasi ialah paragraf yang bertolak dari satu atau sejumlah
fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang memiliki kemiripan menuju
sebuah kesimpulan. Contoh: Besi jika dipanaskan akan memuai. Tembaga
jika dipanaskan akan memuai. Alumunium jika dipanaskan akan memuai.
Kesimpulannya, semua jenis logam jika dipanaskan akan memuai.
b. Sebab-Sebab-Akibat
Paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab
dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi akibatnya. Contoh: Mandra
anak yang malas. Tiap hari di kelas kerjanya hanya ramai dan mengganggu
temannya. Ia suka bolos, padahal gurunya sudah menasihatinya. Peringatan
dari gurunya selalu diabaikan. Di rumah pun ia tidak pernah belajar.
Kesukaannya hanya bermain saja. Akibatnya, pada saat kenaikan kelas,
Mandra satu-satunya anak yang tinggal kelas.
c. Akibat-Akibat-Sebab
Paragraf yang di awali peristiwa-peristiwa yang menjadi akibat,
selanjutnya diutarakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya.
Contoh: Ketika hujan, banjir melanda di mana-mana. Para penduduk
mengungsi di tempat yang tinggi. Mereka harus menunggu air surut
kembali. Ini disebabkan saluran air tersumbat oleh sampah yang dibuang
warga sembarangan.d. Analogi
2. Penalaran Deduktif
Pola ini diawali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu
diikuti dengan pernyataan-pernyataan khusus. Penalaran deduktif terdiri
atas, tiga bentuk berikut:
a.Sebab-Akibat-Akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab, lalu
disusul dengan simpulan yang berupa akibat. Contoh: Masyarakat kita
masih rendah tingkat kedisiplinannya. Dapat dilihat dari kurang sadarnya
menjaga kebersihan lingkungan. Masih banyak penduduk yang membuang
sampah di selokan dan di kali. Saat datang musim hujan, aliran air di
selokan dan kali tersumbat, tidak lancar. Akhirnya, banjir melanda di
mana-mana.
b. Akibat-Sebab-Sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian
ditelusuri penyebabnya. Contoh: Dua dari tiga remaja di kota-kota besar
di Indonesia menurut penelitian, pernah berpacaran. Separuh di antaranya
telah terlibat pergaulan bebas. Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh
budaya barat yang bebas. Mereka dengan serta-merta mengadopsinya dari
tayangan-tayangan film di media elektronik. Ditambah lagi, pembinaan
agama di rumah maupun di sekolah sangat kurang.
c.Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan
terlebih dahulu pernyataan yang bersifat umum (premis umum) disusul
dengan pernyataan khusus (premis khusus). Rumusnya:Premis Umum (PU) : A=B
Premis Khusus (PK) : C=A
Maka, Kesimpulan (K) : C=B
makasi buat soal dan jawabannya.soalnya persis kyk yang ada di lks saya
BalasHapus